Sugiri Kustedja[1], Antariksa Sudikno[2], Purnama Salura[3] .
Abstrak.
Sangat memprihatinkan bahwa beberapa bangunan heritage klenteng tua dengan denah khas arsitektur tradisional Tionghoa si-he-yuan 四合院telah dirubah total. Suatu benda artefak sejarah budaya yang tidak ternilai telah musnah dan tidak mungkin dipulihkan kembali lagi. Tulisan singkat ini mencoba menguraikan makna simbolisme dan falsafah budaya yang tersirat pada elemen arsitektur khusus ini. Penelitian literature dilakukan berdasarkan hasil penelitian sosio-historis dan sejarah arsitektur, dilengkapi tulisan mengenai kepercayaan rakyat tradisional dan kosmologi Tionghoa purba. Dengan pengertian yang jelas mengenai nilai budaya dan falsafah dari artefak diharapakan agar mereka yang berkepentingan (stake holders) menyadari dan berhati-hati ketika bertindak pada benda-benda bersejarah berupa bangunan klenteng tua.
Kata kunci: sejarah arsitektur, tradisional, konservasi, pelestarian, si-he-yuan.
Abstracts.
There are several historical heritage Chinese temple buildings mistreated by their stake holders, due to the ignorant of their cultural meaning. This paper focusing on the temples with specific traditional plan layout called as si-he-yuan 四合院. It will give a short discussion of meanings and symbolism on the si-he-yuan plan. The research done through available literatures covering socio-histories, history of architectrure, folk-believes and early Chinese cosmology. Hopefully a better understanding of its cultural philosophical meaning will prevent further destruction of any cultural heritage temples buildings. Which when wrongly handled will be a total lost, will never recoverable again.
Keywords: History of architecture, traditional, conservation, si-he-yuan.
Pendahuluan.
Dalam rangka melakukan penelitian arsitektur Tionghoa pada bangunan klenteng tua tradisional di pulau Jawa, penulis telah berkunjung[4] dan menemukan beberapa kasus gedung klenteng tua yang merupakan heritage sejarah telah ditangani secara keliru. Unsur ketidak tahuan pengurus mengenai makna pesan budaya yang tersirat pada elemen arsitektur bangunan, agaknya merupakan penyebab utama perusakan fatal artefak tsb.
Diantara bangunan yang dimaksud adalah klenteng Hok Tek Bio, Fu De Miao福德廟 di Purwokerto (mungkin?) dan Klenteng Ban Sian Tong, Wan Shan Tang萬善堂, jl. Pagarsih, Bandung. Bangunan aslinya berdenah bentuk courtyard, si-he-yuan 四合院, telah dirubah total menjadi bentuk yang sekedar suatu ruangan luas, gelap, tanpa penghawaan alami, rapat tertutup; menjadi serupa ruang aula gedung serba guna saja !! Padahal jika diteliti mendalam bentuk denah aslinya sesungguhnya sarat dengan pesan budaya tradisional Tionghoa.
Paper ini akan menguraikan secara ringkas makna yang tersirat pada denah si-he-yuan tsb, agar jelas bahwa denah bangunan mutlak harus selalu dipertahankan pada pekerjaan konservasi dan preservasi bangunan serupa. Pengguna dan pemrakarsa bangunan mayoritas adalah para migrant yang berasal dari daerah Tiongkok Selatan; maka pembahasan fokus mengacu pada unsur arsitektur Tiongkok Selatan.
Denah dasar courtyard, si-he-yuan 四合院.
Pembahasan berangkat dari denah rumah sederhana 3 jian间 (ruang, rohang, bay) umumnya merupakan hunian rakyat jelata, jumlah bilangan selalu diambil ganjil agar simetris pada sumbu utama. Di Tiongkok utara jian间 selebar 3.3 m-3.6 m; di Tiongkok selatan 3.6 m – 3.9 m. Kearah dalam jian 间di Tiongkok utara sekitar 4.8 m, di selatan sampai 6.6 m. Pada tahap pengembangan bangunan berikutnya modul jian间 awal tsb akan berulang lagi.
Denah rumah sederhana type ini biasa disebut sebagai “ satu hall dua kamar” yi-tang-er-nei一堂二內, atau “satu terang dua gelap” yi-ming-liang-an 一明两暗. Dalam sejarah kekaisaran pernah ada peraturan yang melarang masyarakat umum membangun hunian lebih dari 3 jian.
Gambar 3. Denah rumah dasar umum 3 jian间 (rohang,bay ) di Tiongkok utara. dinding belakang tanpa jendela/bukaan. Umumnya kamar dilengkapi ranjang bata, kang 炕 yang mendapatkan hawa panas dari tungku didapur sebelahnya. (Knapp, Ronald G.2006: 31).
Gambar 4. Denah rumah sederhana umum 3 jian间.(rohang,bay ) di Tiongkok selatan, lebih memanjang kearah dalam. Dinding belakang berjendela/bukaan . (Knapp, Ronald G.2006: 31).
Gambar 5. Denah courtyard sedehana/awal. 1= pintu masuk, 2 = courtyard, 3 = ruang leluhur.
Denah dasar pengembangan berikutnya berupa san heyuan 三合院 yang tidak mutlak mengharuskan orientasi utara-selatan, tetapi tetap dilengkapi dengan courtyard, tingyuan 庭院dan dinding penutup muka tidak mutlak harus rapat.
Gambar 6. Denah dasar san-he-yuan 三合院. 1= pintu masuk, 2= courtyard, 3= ruang leluhur.
Gambar 7. Rumah San-he-yuan三合院. Contoh diatas adalah rumah masa kecil Deng Siao-Ping.(Knapp, Ronald G. 2006: 240, 243).
Setelah kedua bentuk denah dasar diatas, perkembangan selanjutnya ialah hunian agak besar dan dianggap lengkap dikenal bentuk si-he-yuan 四合院 dengan inner court, courtyard, ting-yuan 庭院didalam. Berupa persil yang kempat sisinya dibatasi oleh bangunan dan dinding pembatas persil yang rapat.
Denahnya biasanya berorientasi sumbu simetris utara-selatan, serta muka bangunan dianjurkan agar menghadap keselatan untuk memperoleh panas dan sinar matahari maksimal, Dinding sisi utara yang rapat melindungi penghuni dari arus hawa dingin dan debu pasir yang bertiup dari arah ini. Suatu penyikapan tradisional bagi keadaan alam, juga memberikan privasi pada penghuninya, serta ventilasi dan pencahayaan. Dari segi keselamatan berupa juga bentuk pertahanan diri dari suasana keamanan yang belum sempurna. Bagi daerah Tiongkok Selatan skywell ini berukuran relative mengecil.
Gambar 8. Pola pertumbuhan rumah awal 3 jian间 (rohang;bay ) sehingga membentuk denah tertutup si-he-yuan; untuk daerah Tiongkok utara dan selatan. Perhatikan proporsi bukaan tian-jing 天井yang kecil di selatan. (Knapp, Ronald G. 2006:25).
Gambar 9. Denah dasar si-he-yuan 四合院. 1 = pintu masuk, 2 = courtyard ting-yuan庭院, 3 = ruang leluhur.
Jumlah courtyard,ting-yuan庭院di tengah hunian ini, akibat perluasan memanjang; akan menunjukan tingkat status sosial pemiliknya. Maksimum yang pernah dibangun sampai 5 buah ting-yuan memanjang dalam satu persil. Umumnya hanya sampai 3 buah ting-yuan ke arah memanjang. Bentuk denah dasar ini dipakai juga didaerah Tiongkok selatan.
Fungsi ruangan dalam bangunan tradisional Tionghoa si-he-yuan 四合院.
Diawali dengan bentuk “satu hall dua kamar”, yi-tang-er-nei一堂二內 pada susunan ruang tradisional ruang hall tengah ini selalu khusus diperuntukan sebagai ruang abu, ruang leluhur. Tempat menyimpan meja abu leluhur, ruang kumpul keluarga, atau juga ruang makan. Fungsi ruang leluhur ini akan terus dipertahankan ketika denah berubah menjadi bangunan lebih luas, konsisten merupakan titik fokal.
“Ruang leluhur” biasa disebut sebagai “ruang cahaya, ming-jien 明间”. Ruang kamar di sampingnya dinamai “ruang berikut, ci-jian 次間”, ruang berikutnya disebut “ruang ujung, shao-jian 稍间”, bila ada ruang terakhir di kedua ujung disebut “ruang kuping, erh-jian 耳间” lebar ruang terakhir ini akan terkecil bila dibandingkan dengan lebar ruang yang lain-lainnya.
Blok bangunan utama berupa deretan ruang dengan ruang leluhur disebut shang-fang 上房, terletak di bagian terdalam dari denah si-he-yuan. Blok bangunan deretan ruang di sisi paling depan si-he-yuan dinamai “ blok bangunan lawan, tao-zuo 倒座”. Di bagian tengah dinding muka unit si-he-yuan ini terdapat pintu masuk utama da-men 大门. Blok bangunan samping di sisi lain disebut bangunan keliling xiang-fang 廂房 atau tembok keliling; wei-qiang 围墙. Bidang tanah ditengah; courtyard disebut zhong-ting 中庭.
Denah dasar si-he-yuan tanpa blok deretan bangunan muka tao-zuo 倒座 disebut san-he-yuan 三合院.
Bangunan inti shang-fang 上房 menjadi bagian terpenting dalam denah si-he-yuan sebab disini terdapat ruang leluhur. Ruang leluhur ini digunakan bagi beragam kegiatan; merupakan titik fokal seluruh orientasi bangunan.
a.) Tempat menaruh meja abu leluhur, tempat upacara ritual penghormatan sesuai kalender acara tahunan.
b.) Tempat berlangsungnya upacara penting keluarga, pernikahan, kematian,
c.) Ruang penerimaan tamu dan keluarga, syarat utama yang boleh masuk kedalam sini khusus bagi mereka yang dianggap keluarga atau anggota kerabat keluarga dekat.
d.) Merupakan ruang yang dibangun dengan bahan terbaik, ornamen terindah, tempat mengantungkan kaligrafi, lukisan.
e.) Pada bangunan shang-fang merupakan tempat tinggal anggota keluarga paling tua, senior yang paling di hormati dalam hirarki keluarga.
f.) Atap , wuwungan dan ketinggian lantai shang-fang merupakan yang tertinggi diantara semua bangunan dalam lingkungan si-he-yuan tersebut. Melambangkan hirarki order tertinggi shang-fang terhadap bangunan lain di sekelilingnya.
Bangunan samping xiang-fang 廂房 akan menentukan ukuran panjang sisi persil si-he yuan. Susunan ruang pada xiang-fang juga mengikuti urutan seperti pada shang-fang 上房, hanya di sini ruang leluhur berubah peruntukan menjadi ruang serba guna, diantaranya tempat menerima tamu bukan keluarga.
Terdapat 2 jenis hubungan pertemuan antara shang-fang 上房 dan xiang-fang 廂房 : a.) terpisah, dan b.) menempel; satu ruangan memiliki dinding bersama, serta koridor yang menerus.
Gambar 11. Denah si-he-yuan dengan alur koridor shang-fang 上房 dan xiang-fang 廂房yang tersambung.
1 = pintu masuk, 2 = ting-yuan庭院, zhong-ting 中庭, 3 = ruang leluhur.
Bangunan batas muka tao-zuo 倒座, harafiah berarti bangunan lawan. Merupakan blok bangunan dengan deretan ruang di sisi paling depan persil si-he-yuan. Dianggap sebagai penyeimbang dari unit bangunan terdalam shang-fang 上房. Di bagian tengah unit bangunan muka terletak pintu entrance utama da-men 大门, sedang pada kedua sisinya terdapat ruang bagi karyawan, penjaga pintu, pembantu, atau gudang. Daerah bangunan dimuka ini merupakan daerah service, serta orang luar masih diijinkan untuk masuk. Tamu yang berkunjung dapat menunggu di sini sebelum diijinkan masuk lebih dalam. Pedagang keliling bila diijinkan dapat masuk untuk mengelar dagangannya.
Pintu masuk utama da-men 大门 terletak di tengah bangunan tao-zuo 倒座, di bagian muka persil si-he-yuan. Pada pintu da-men ini kadang diletakan tembok penghalang “tembok bayangan;ying-bi 影壁” sehingga pihak di luar tembok terhalang melihat langsung kedalam kearah courtyard; zhong-ting 中庭. Ada juga yang membangun 2 lapis tembok penghalang rangkap; satu tembok di sebelah luar pintu: tembok pemantul;zhao-bi照壁atau tembok bayangan; ying-bi 影壁dan satu di sebelah dalam pintu:tabir/ tirai angin; ping-feng 屏風, atau pintu tombak; jian-men劍門.
Dahulu pada tembok sebelah luar ini merupakan tempat tandu (joli) orang menunggu; juga berfungsi untuk tempat menambatkan kuda tunggangan. Dari segi kepercayaan rakyat tembok ini merupakan penghalang agar roh-roh jahat tidak dapat masuk ke dalam persil si-he-yuan, sebab roh jahat ini dipercaya hanya mampu berjalan lurus dan tidak dapat berbelok. Dari segi pengamanan ruang celah sempit dipintu masuk yang lebar membatasi orang hanya dapat masuk satu per satu sehingga mempermudah pengawasan..
Zhong-ting 中庭; ting-yuan 庭院; courtyard, merupakan “jiwa” dari denah si-he-yuan ini. Zhong-ting memiliki multi fungsi dalam kehidupan keluarga penghuni.
- Ketika upacara ritual keluarga, umat pertama kali bersembahyang kearah langit dan bumi; keduanya melambangkan alam semesta, menghadap ke ruang terbuka zhong-ting ini. Baru kemudian ritual selanjutnya menghadap ke arah meja abu keluarga leluhur.
- Seluruh jendela dan pintu ruangan sekeliling bangunan bila terbuka akan menghadap pada bidang zhong-ting 中庭.
- Penerangan dan penghawaan ruangan sekelilingnya mengandalkan cahaya dan aliran udara dari bidang ini.
- Tempat menampung air hujan dari sebagian atap dan bukaan sumur langit, tian-jing 天井.
- Tempat bermain bagi anak-anak dan bercengkrema diantara anggota keluarga penghuni.
- Kadang ditempatkan tanaman hias dan tumbuhan lain dalam pot di sekelilingnya.
- Merupakan daerah simpul pergerakan penghuni ke semua arah bagian bangunan.
- Merupakan tempat mengerjakan tugas ibu rumah tangga, mencuci, menjemur sambil mengawasi anak-anak belia.
Tembok batas keliling, wei-qiang圍牆, merupakan salah satu ciri dari denah si-he-yuan: tembok menunjukan dan membatasi dengan tegas lingkungan ruang privat keluarga yang tertutup, dipisahkan dengan ruang di luar yang dianggap ruang umum yang tidak teratur (chaos). Tembok pembatas ini juga dimaksudkan bahwa ruang di dalamnya di pisahkan dan disimbolkan sebagai copy alam semesta yang teratur (faham kosmologi makro-kosmos) menjadi suatu mikro-kosmos yang dapat diatur dan ditata dengan tertib.
Daerah dianggap telah dikuasai mutlak (territory), ruang dalam bangunan ini pada awal membangun telah melewati berbagai upacara ritual dibersihkan / disucikan (selamatan) agar baik untuk hunian. Juga ketika saat membangun hunian dilakukan lagi upacara ritual kepercayaan rakyat pada tahap-tahap penting: mengawali pembuatan pondasi, menegakkan kolom tiang, memasang gording terakhir atap pada wuwungan, dan memasang kosen pintu masuk utama (entrance).
Setelah bangunan rampung, dalam satu ruang khusus berupa bagian dari ruang bangunan yang dibatasi tembok persil ini secara tetap akan diselengarakan upacara ritual penghormatan leluhur. Sebagai bagian dari paham kosmologi tradisional adanya kelanjutan hidup setelah kematian.
Fungsi nyata lainnya; tembok keliling juga merupakan sarana pertahanan bagi keamanan penghuni di dalamnya, melindungi harta dan jiwa penghuni dari yang berniat buruk. Pada masa tradisional kerajaan tidak dapat melindungi warganya secara teratur di tempat yang jauh dari kota pusat kerajaan. Masyarakat diharuskan dapat mempertahankan diri secara swakarsa.
Perluasan unit si-he-yuan.
Unit modul si-he-yuan 四合院; terdiri dari 4 bangunan persegi panjang yang membentuk segi empat dengan courtyard ditengah disebut jin 進 harafiah berarti “masuk”, berupa besaran sumbu jarak di awali dari pintu masuk utama dimuka, melewati zhong-ting 中庭, hingga titik terdalam ruang leluhur.
Perluasan ke arah memanjang pada persil si-he-yuan akan merupakan pengulangan modul jin 進ini, pengulangan akan menghasilkan zhong-ting 中庭 jamak. Sehingga jarak dari pintu da-men 大门 hingga bagian terdalam ruang leluhur bertambah panjang. Setelah pengulangan perluasan berlangsung bebrapa kali; akan mengakibatkan jarak tempuh keluar masuk menjadi sangat jauh, sepanjang sumbu as utama persil.
Hal ini bagi keluarga petani akan sangat merepotkan dan mengotori hunian; ketika ia harus mengangkut alat-alat bertani setiap pagi hari dan sore. Dengan demikian perluasan memanjang pada si-he-yuan hanya cocok bagi keluarga pedagang atau pejabat.
Pada bangunan berdenah si-he-yuan memanjang demikian terlihat beberapa hal.
1) Sirkulasi pergerakan penghuni sepanjang koridor, sejajar dengan sumbu utama simetris; melewati tepi zhong-ting. Atau mengikuti garis sumbu utama melewati zhong-ting dan ruang terbuka yang dapat dilewati/ tembus.
2) Tinggi atap, wuwungan atap dan lantai bangunan secara gradual akan meninggi, dengan makin kedalamnya letak bangunan. Hirarki order keluarga konsisten dipertahankan.
3) Garis virtual sumbu simetri persil si-he-yuan selalu tegas dipertahankan.
4) Dari penelitian persil si-he-yuan memanjang maksimum hingga 5 chin, umumnya hanya sampai 3 chin.
Gambar 12. Denah perluasan memanjang sebanyak 3 chin, 1 = pintu masuk, 2 = zhong-ting 中庭, 3 = ruang leluhur, 11 = tian-jing 天井. ( Liu Tun Chen, 1957: 85)
Perluasan ke arah melebar. Bagi keluarga petani lebih leluasa bila dilakukan jenis perluasan ke samping, yang akan dilengkapi dengan pintu masuk tambahan di samping pintu utama. Sehingga jarak tempuh dari pintu masuk ke ruang terdalam tidak berlebihan.
Bangunan samping demikian disebut sebagai bangunan “naga pelindung; hu-long 護龍” Pada bentuk bangunan naga pelindung hu-long 護龍ketinggian atap, dan wuwungan harus lebih rendah dari pada ketinggian bangunan utama shang-fang 上房; serta bangunan lainnya dari unit inti si-he-yuan yang sudah ada. Bangunan tambahan terluar akan dihuni oleh keluarga yang lebih muda pada hirarki kekerabatan keluarga.
Courtyard zhong-ting 中庭 yang terletak antara bangunan hu-long dan unit si-he-yuan induk disebut sebagai “sumur naga long-jing 龍井“ dan “sumur matahari ri-jing 日 井. Sebutan ini bila zhong-ting terletak di kanan si-he-yuan induk (dilihat dari muka bangunan) . Bila terletak di kiri bangunan si-he-yuan-induk dinamai “sumur harimau hu-jing 虎井” dan “sumur bulan yue-jing 月井”. Dari kedua courtyard samping ini terdapat masing-masing pintu tambahan keluar di bagian muka dan belakang bangunan.
Gambar 13. Denah si-he-yuan dengan perluasan ke samping. 1 = pintu masuk, 2 = courtyard, 3 = ruang leluhur, 4 = sumur matahari ri-jing 日 井, 5 = sumur naga long-jing 龍井, 6 = sumur bulan yue-jing 月井, 7 = sumur harimau hu-jing 虎井.
Gambar 14 . Rumah Si-he-yuan四合院. Dengan perluasan ke samping. Satu variant. (Knapp, Ronald G. 2000:25).
Pada bangunan jenis si-he-yuan melebar terlihat beberapa hal.
1) Pada bangunan di daerah Tiongkok selatan lebar koridor dan atapnya lebih lebar dari pada di daerah Tiongkok utara. Ini bertujuan agar menghindari terik matahari yang langsung kedalam ruangan.
2) Sumbu utama simetris persil induk si-he-yuan konsisten dipertahankan. Bangunan samping selalu diusahakan untuk dibangun dengan denah berbentuk cerminan pada kedua sisi samping.
3) Wuwungan, atap bangunan samping bila menjauh dari sumbu utama simetris persil induk akan makin rendah. Sehingga pada bangunan inti shang-fang tetap merupakan yang tertinggi / dominan dalam seluruh kompleks banguan baru.
Pada keluarga petani yang sangat besar; dengan banyak keluarga kerabat bersaudara tinggal bersama, ada juga perluasan yang merupakan gabungan kearah memanjang dan melebar.
Bentuk denah san-he-yuan akan lebih cocok bagi keluarga besar petani. Bentuk ini mempunyai tanah lapang courtyard yang luas ditengahnya. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk menjemur hasil bumi pertanian. Pemindahan alat-alat bertani pun lebih leluasa; tanpa harus melewati berbagai hambatan dan mengotori bagian dalam hunian.
Zoning pada bangunan tradisional si-he-yuan.
Pembagian peruntukan daerah hunian bagi keluarga tradisional sangat tegas diberlakukan. Peruntukan daerah dalam persil si-he-yuan bagi kegiatan penghuni ditata sesuai dengan falsafah Konfusius mengenai hirarki kekeluargaan. Zoning peruntukan ini sangat nyata terutama pada persil si-he-yuan yang cukup luas, terutama bila memiliki denah bangunan cukup memanjang kedalam mau pun melebar ke samping.
Peruntukan dilakukan berurutan berdasarkan social rangking , dimulai dengan bagian muka sebagai daerah publik, kemudian daerah peralihan setengah privat, dan terakhir daerah privat total di bangunan terdalam. Secara rangking kerabat kekeluargaan zoning ditata berurutan daerah servis (bagi pembantu dan karyawan)di bagian paling muka, lalu daerah keluarga muda, kemudian daerah anggota keluarga yang belum menikah yang terbagi lagi dengan daerah anak perempuan serta anak laki-laki, dan terakhir daerah orang tua, keluarga tertua yang menghuni persil si-he-yuan tsb.
Batasan antara daerah zoning ditandai secara beragam. Bentuk pembatas yang tegas berupa tembok pembatas dan pintu gerbang untuk masuk beralih pada tiap daerah. Bentuk batas peruntukan imajiner dengan ruang terbuka dibatasi oleh petak zhong-ting 中庭 ( pada courtyard jamak). Pada pembatas berbentuk zhong-ting中庭dapat juga dilokasi courtyard ditambah unit bangunan melintang/melebar mirip bangunan utama shang-fang 上房 tetapi ruang leluhur berubah menjadi ruang serba guna yang dilengkapi pintu tembus.
Patut diingat bahwa pembagian zoning yang sangat tegas ini berlaku pada masa tradisional sampai sebelum tahun 1911. Situasi sekarang sudah jauh berbeda, banyak persil bersejarah si-he-yuan di Tiongkok telah dihuni oleh keluarga-keluarga yang tidak berhubungan kerabat, banyak juga bangunan yang sebagian besar kosong terbengkalai.
Pada masa tradisional hunian ditata, dengan maksud agar dapat terkumpul suatu keluarga besar berkerabat sangat erat; berhubung dengan sistim masyarakat agraris tradisional yang memerlukan jumlah besar tenaga kerja manusia bagi penggarapan sawah ladang. Makin luas kekayaan keluarga makin banyak tenaga penggarap diperlukan.
Hal mendetail ini dibahas secara singkat dalam tulisan ini sebab objek penelitian bangunan klenteng tua telah dibangun pada periode yang sama, dalam nuansa dan kebiasaan masyarakat tradisional di tempat asalnya Tiongkok Selatan pada masa klenteng tua di Jawa Barat ini dibangun.
Gambar 15. Denah si-he-yuan 四合院 bangunan utama klenteng Hiap-Thian-Kiong di Bandung. Perhatikan 2 (dua) kotak tian-jing samping telah berubah fungsi menjadi bangunan tambahan baru.
Gambar 16. Denah si-he-yuan 四合院 bangunan utama, perhatikan 2 buah courtyard samping telah ditutup atap dan lantai disatukan ! Klenteng Hok Tek Bio, Bogor.
Kosmologi hunian tradisional Tionghoa si-he-yuan四合院.
Falsafah kosmologi Tionghoa sangat beragam (uraian mendetail tentang hal ini tidak termasuk cakupan tulisan singkat ini) pada segi praksis diterapkan dalam hidup keseharian anggota masyarakat tradisional dalam berbagai bentuk simbol dan kepercayaan populer masyarakat. Dalam ujud bangunan diekspresikan dalam bentuk hunian berarsitektur tradisional Tionghoa.
Para peneliti arkeologi Tiongkok purba telah menemukan beberaopa situs dan artefak hunian masyarakat prasejarah yang menggambarkan berbagai perkembangan bentuk hunian purba sejalan dengan perkembangan budaya pada masanya.
Peneliti Yang Hung-Hsun dalam tulisannya Development of architecture in early China, 1980. Memperkirakan pada tahap awalnya hunian manusia purba di Tiongkok berada di gua-gua pada tebing perbukitan, kemudian beralih pada hunian di bawah permukaan tanah berupa lubang hasil galian. Pada kedua bentuk hunian awal ini senantiasa tersedia lubang tempat asap keluar ke langit.
Tahap berikutnya hunian mulai muncul diatas muka bumi dengan sebagian masih dalam galian di bawah permukaan tanah. Selanjutnya ruang hunian bergeser lebih ke atas sehingga seluruhnya berada di atas permukaan bumi. Pada kedua tahap terakhir ini sudah mulai dibangun atap berbentuk lingkaran untuk melindungi hunian di bawahnya. Pada puncak atap hunian tetap disediakan lubang bukaan untuk jalan keluarnya asap, agar memungkinkan menghidupkan api di dalamnya.
Api digunakan untuk memasak keperluan penghuni dan juga untuk membakar persembahan kurban bagi yang dianggap berkuasa pada alam sekitar. Lubang atap juga berfungsi untuk perhawaan (ventilasi) dan penerangan di ruang dalam hunian.
Dari situs artefak purba di temukan juga banyak bekas hunian berbentuk lingkaran mengelilingi secara konsentris sebuah rumah besar di tengah-tengah nya. Agaknya di rumah besar ini dihuni oleh kepala suku yang menjadi pimpinan kelompok. Bahan dan konstruksi tampaknya lebih rumit dibandingkan hunian berbentuk bulat sekelilingnya.
Gambar 17. Perkiraan hunian purba awal; didalam gua. ( Chang, SSH. 1986:135)
Gambar 18. Perkiraan perkembangan, seluruh hunian dalam lubang galian di bawah permukaan tanah. ( Chang, SSH. 1986:135)
Gambar 19. Tahap berikut, hunian sebagian saja dalam galian, sebagian diatas permukaan tanah. ( Chang, SSH. 1986:135)
Gambar 20. Hunian seluruhnya di atas permukaan tanah. Pada seluruh tahap hunian selalu tersedia lubang pembuangan asap. ( Chang, SSH. 1986:135)
Gambar 21. Rekonstruksi rumah bulat, berdasarkan artefak yang telah ditemukan. Perhatikan lubang
perhawaan dipuncak atap hunian. . ( Chang, SSH. 1986:138)
Pembangunan rumah besar juga melalui bermacam upacara, hal ini terlihat dengan ditemukan di sekitar situs tulang-tulang rangka hewan korban; kadang juga ditemukan rangka manusia korban. Pada permukaan tanah di tengah ruangan rumah besar ini juga dibuat lubang perapian tempat untuk memasak dan tempat bakaran kurban bagi yang di anggap berkuasa pada alam dan memiliki kemampuan menentukan kehidupan suku. Upacara ritual ini dilakukan oleh kepala suku yang merangkap juga sebagai orang yang mampu berhubungan dengan para tokoh penguasa alam. Dengan demikian rumah besar telah berfungsi rangkap sebagai hunian kepala suku, simbol pusat orientasi warga suku dan juga tempat upacara ritual.
Pada tahap selanjutnya mungkin para suku yang berdekatan bersatu karena kekrabatan dari pernikahan atau pun tindakan militer, kelompok ini jadi membesar sehingga tempat upacara ritual bersama beralih ke ruang terbuka.
Tempat upacara ini dari temuan artefak ditandai dengan daerah yang ditinggikan dari lingkungan sekitarnya merupakan platform; podium dari tanah. Ditempatkan juga patung dari tokoh penguasa alam sekitar atau benda lainnya yang di hormati, untuk menyenangkan tokoh ini dihadapannya diadakan ritual serta bakaran persembahan kurban berupa hewan atau pun manusia. Pesan dan harapan manusia di lambangkan terkirim dalam simbol asap yang mencuat ke langit mencapai tokoh yang dituju.
Gambar 22. Rekonstruksi perkiraan rumah besar kepala suku, berbentuk segi empat. ( Chang, SSH. 1986:136)
Kemudian pada tahap para kelompok suku yang telah membesar melanjutkan usaha penyatuan yang lebih meluas baik berbentuk persekutuan maupun penaklukan oleh kekuatan militer, mulailah terbentuk negara kerajaan-kerajaan. Menurut perkiraan sejarahwan periode ini adalah pada masa 3 dinasti : Xia夏, Shang商, Zhou周. Pada naskah kuno ada sebutan bahwa pada masa dinasti Xia 夏 (2205-1766 BCE) disebut sebagai masa dengan 10,000 kerajaan, masa dinasti Shang 商 (1766-1122 BCE) dengan 3,000 kerajaan, dan dinasti Zhou 周( 1122-256 BCE) dengan sekitar 1,000 kerajaan.
Dalam proses konsolidasi ini mulai ditata sistim dinasti kerajaan serta pengaturan susunan masyarakat secara feudal. Terbentuk kelompok penguasa kerajaan, para pemilik budak, dan kelompok budak atau pun rakyat jelata. Dalam hal kepercayaan masyarakat mulai disatukan untuk mengikuti kepercayaan penguasa.
Awalnya upacara ritual untuk menghormati alam dilakukan pada daerah eksklusif yang khusus hanya boleh dimasuki oleh kepala suku dinamai she-ji社稷 berupa ritual pada penguasa bumi. Kemudian setelah masa kerajaan mulai diadakan kuil/klenteng leluhur (ancestor temple) zong-miao 宗廟untuk menghormati para pendiri kerajaan/dinasti, disampingnya tetap juga menghormati para penguasa alam semesta. Mereka semua dianggap berkuasa dapat mengatur cuaca dan iklim alam agar menghasilkan panen yang baik, dapat membantu dalam peperangan mengalahkan musuh, juga mampu mengawasi kelakuan penguasa; ketika bertindak sewenang-wenang dalam pemerintahan; alam semesta akan murka dan datanglah bencana alam, banjir, wabah, kekeringan, dsb.
Untuk berhubungan dan mengekspresikan pernyataan syukur untuk panen yang baik, terima kasih untuk suatu keberhasilan, suatu pengharapan atau membujuk para tokoh ini diaturlah acara ritual kepercayaan secara cermat dan rumit. Terdapat beberapa upacara ritual yang khusus hanya boleh dilakukan oleh penguasa, raja atau kaisar, orang kebanyakan dilarang keras untuk melakukannya. Hanya kaisar sebagai putra langit yang dapat dan boleh berhubungan dengan penguasa langit tertinggi.
Sedangkan ritual untuk keluarga sendiri dapat diselengarakan di rumah hunian, maka disediakan “ruang leluhur” zheng-ting 正廳untuk menghormati leluhur keluarga dan pada alam semesta. Sedangkan ritual yang bersifat umum dilakukan di klenteng umum bersama-sama. Pemanfaatan hunian sebagai tempat tinggal dan juga tempat ritual ini merupakan salah satu alasan bahwa ruang leluhur merupakan titik pusat kehidupan keluarga dan titik orientasi perancangan denah bangunan hunian.
Bagi upacara ritual menghormati alam semesta yaitu langit dan bumi membutuhkan ruang terbuka di dalam hunian, maka diadakan bukaan pada atap berupa: sumur langit; tian-jing 天井dan courtyard; zhong-ting中庭 pada denah unit si-he-yuan 四合院.
Dari segi analisa sejarah arsitektur secara etimologi; melalui analisa penamaan elemen lubang pada atap hunian masa prasejarah menyebabkan terjadinya tetesan air hujan yang masuk ke dalam hunian, keadaan ini dinamai zhong-liu 中霤arti harafiah “tetesan air di pusat”. Ketika bentuk hunian menjadi lebih baku dalam bentuk denah segi empat si-he-yuan 四合院 bagi tempat bukaan ini muncul istilah yan-liu檐霤 arti harafiah “tetesan air dari tepi atap”, air dari empat sisi atap keliling akan terkumpul pada petak zhong-ting 中庭; courtyard yang terletak dibawah sumur langit; tian-jing 天井 . Istilah zhong-liu 中霤 dahulu kala juga dipakai untuk penamaan lubang galian di tanah tempat menyalakan api untuk bakaran kurban bagi penguasa bumi.
Makro-kosmos dan mikro-kosmos hunian.
Pada artefak hunian purba telah ditemukan banyak tulang belulang dari hewan kurban, kadang juga berbarengan dengan tulang rangka manusia. Artefak kurban ini ditemukan terutama pada sisi selatan bangunan asal. Catatan pada naskah kuno menceritakan tahapan pelaksanaan ritual ketika membangun. Awal sekali ketika membersihkan lahan, lalu ketika mulai memasang fondasi, terakhir saat pemasangan pintu masuk utama. Kemudian hari pada masa kebudayaan setelahnya juga pada saat menaikan gording wuwungan terakhir pada bangunan.
Hewan kurban berupa hewan ternak sapi; kambing, dan hewan peliharaan anjing. Ditemukan juga kurban manusia; mereka berpakaian tentara lengkap dengan senjata, tameng, panah dan busurnya. Mereka dikuburkan dengan berlutut pada kedua sisi pintu masuk. Bentuk ini pada perkembangan budaya dikemudian hari beralih menjadi patung-patung penjaga pintu masuk, berupa patung singa atau perwira langit. Agaknya makin tinggi posisi pemilik bangunan dalam hirarki masyarakat makin banyak kurban yang ditemukan. Upacara merupakan harapan kemakmuran dan keamanan bagi para penghuni bangunan kemudian hari.
Dalam mitologi kosmogoni Tionghoa kuno selalu diceritakan adanya peran serta tokoh manusia simbolis dalam proses terbentuknya alam semesta (anthropomorphic). Selalu dikisahkan awal alam yang kacau-balau tidak berbentuk menjadi tertib teratur, semuanya merupakan hasil karya pertolongan tokoh-tokoh simbolis tsb. Urutan hal yang sama juga tercerminkan pada upacara ritual dalam proses pembangunan ini.
Pada awal sekali bila membangun akan di cari nasehat, prediksi, persetujuan dari penguasa alam semesta mengenai lokasi yang paling baik bagi pembangunan objek yang direncanakan. Mirip dengan peramalan, dilakukan dengan menafsirkan retakan pada media kulit batok kura-kura, atau tulang belikat hewan yang dibakar dengan logam panas. Proses ini merupakan usaha untuk mengambil pilihan diantara banyak kemungkinan yang semuanya penuh dengan ketidak pastian. Pada lokasi yang terpilih dilakukan upacara ritual, setelahnya dimulai proses pembersihan lahan menjadi siap bangun. Ritual ini menggambarkan daerah sebagian dari alam yang telah di”bersihkan“, dibatasi dari alam semesta yang masih tidak beraturan “chaos”, sebagai simbol mulai disiapkan bagian yang akan ditata, dibereskan dengan tertib.
Selama proses pembangunan berulang kali pada tahapan tertentu; yang dianggap kritis dan penting diselengarakan upacara ritual. Pertama saat fondasi mulai dipasang, dan terakhir saat pintu masuk utama dipasangkan. Ritual yang berulang kali bertahap-tahap ini menggambarkan betapa sungguh-sungguh dan seriusnya masyarakat kuno tradisional Tionghoa menghargai suatu bangunan hunian. Mereka berusaha dengan berbagai simbol untuk meng”suci”kan bangunan, tempat kemudian hari akan dihuni oleh seluruh keluarganya. Mereka berharap kelancaran selama masa pembangunan , kemudian keselamatan, rejeki dan kebahagian selama tinggal di bangunan itu. Dengan berusaha membangun mikro-kosmos bangunan yang selaras dengan alam semesta yang lebih besar makro-kosmos.
Pada periode budaya selanjutnya proses pemilihan situs ini dilakukan dengan menggunakan kepercayaan popular yang disebut yang-zhai陽宅, atau feng-shui風水. Sedangkan tahapan upacara ritual dilakukan saat memulai pemasangan pondasi, pendirian kolom-kolom dan terakhir ketika menaikan balok gording wuwungan atap. Sedangkan kurban digantikan dengan bahan-bahan makanan sebagai simbol kemakmuran.
Dalam paham kosmologi kuno ruang angkasa tian 天alam semesta dibagi dalam 4 bagian ruang langit sesuai 4 arah mata angin, masing-masing daerah dikuasai oleh satu hewan simbolis yang terdiri dari 7 rasi bintang.
Langit tian 天sendiri dianggap memiliki sumbu pusat pada bintang utara yang menetap sedangkan benda langit lainnya bergerak disekeliling sumbu langit ini. Sumbu langit ini akan berhubungan pada bumi di 地 di titik simbol yang dianggap sebagai sumbu bumi cosmic axis. Sedangkan manusia ren 人 yang menghuni bumi merupakan penghubung keduanya langit dan bumi. Konsep ini disebut sebagai falsafah tian-di-ren 天地人; langit-bumi-manusia.
Falsafah ini ditransformasi pada bentuk hunian sebagai unit berdenah si-he-yuan 四合院. Sumbu langit diproyeksikan sebagai sumbu utama simetris denah bangunan, dengan arah sumbu utama tepat utara-selatan merupakan garis simbol menghubungi titik bintang utara, dan titik simbul pusat bumi axis-mundi ; merupakan ujung lain dari sumbu langit yang berawal dari bumi. Titik axis-mundi ini diproyeksikan pada lambang bagian bukaan atap yan-liu檐霤 arti harafiah “tetesan air dari tepi atap”, atau sumur langit; tian-jing 天井 dan dengan courtyard; zhong-ting 中庭 dipermukaan bumi. Sedangkan pembagian ruang langit menurut 4 mata angin ditransformasikan dalam bentuk denah segi-empat dengan keempat sisinya mengarah tepat pada 4 mata angin.
Dengan seluruh simbolisme demikian dibayangkan suatu mikrokosmos yang merupakan proyeksi makrokosmos dalam dimensi terjangkau dalam bentuk hunian manusia yang selaras, harmonis dengan alam semesta. Sehingga hunian akan mendapat daya qi 气semesta alam yang mendukung kehidupan penghuni bangunan.
Kosmologi dan platform bangunan.
Salah satu ciri yang penting dari bangunan tradisional Tionghoa adalah bangunan diletakan pada podium dari tanah yang permukaannya lebih tinggi dari pada muka tanah asal di sekelilingnya. Podium tanah merupakan lapisan-lapisan tanah bercampur kerikil dan tembikar yang di padatkan, dibatasi oleh dinding batu di sekelilingnya. Diatas permukaan tanah inilah didirikan kolom-kolom bangunan tradisional, pada bagian bawah kolom bangunan tradisional biasanya tidak memiliki pasangan pondasi di bawahnya. Kaki kolom konstruksi kayu hanya diletakan dalam sepatu kolom dari batu yang dibentuk rupa-rupa.
Para ahli memperkirakan pada masa prasejarah penghormatan leluhur dan alam semesta dilaksanakan pada tanah lapang san. Ketika anggota suku bertambah upacara ritual tidak mungkin diikuti oleh semua yang berkumpul. Lalu dibangunlah podium dari tanah agar upacara dapat terlihat oleh seluruh anggota suku dan dinamai tan壇. Pada podium ini difungsikan ruang she-ji社稷 sebagai ruang eksklusif ritual penghormatan pada alam semesta. Posisi dan konstruksi podium dengan ketinggian ini lalu diasosiasikan dengan kesucian, kekuasaan, dan merupakan objek yang dihormati oleh masyarakat.
Tahap berikutnya ketika kepala suku ingin menekankan status diri yang berkuasa dan memiliki wibawa bagi anggota suku, ia membangun hunian diatas podium ini. Kebiasaan ini hingga sekarang diikuti oleh masyarakat umum; dan khusus untuk bangunan istana diletakkan pada podium yang sangat tinggi. Terlihat pada Kota Terlarang di Beijing podium untuk bangunan istana terdiri dari 3 tingkat. Dari segi lain untuk pertahanan podium istana yang tinggi membantu penjaga memantau jarak yang lebih jauh, dan mempersulit pihak penyerbu mencapai istana.
Pada podium purba ini diletakanlah benda-benda yang dihormati, berbentuk patung atau pun benda lainnya. Untuk melindungi tempat benda-benda ini ditanamlah pohon-pohon keliling diatas podium, lalu pada batang pohon ini diperkirakan dilukiskan totem lambang dari masing-masing suku.
Kemudian hari ketika teknik membangun telah mencapai tahapan kemampuan yang lebih rumit batang-batang pohon di gantikan oleh kolom-kolom kayu pada bangunan tradisional. Serta kebiasaan lukisan totem pada batang pohon berubah menjadi rupa permukaan kolom-kolom kayu pada bangunan klenteng yang penuh dengan hiasan hewan kepercayaan. Sedangkan bentuk cabang-cabang pohon berubah manjadi susunan konstruksi dou-gong 斗拱 pada konstruksi bangunan tradisional.
Klenteng tua berdenah si-he-yuan.
Pada budaya Tionghoa susunan ruang bangunan klenteng tidak dibedakan dengan susunan organisasi denah ruang bangunan hunian. Bangunan klenteng dan hunian dapat saling dipertukarkan. Sering terjadi bangunan yang awalnya berupa hunian kemudian hari digunakan sebagai tempat ibadat.
Hal ini tersirat juga dari sifat hunian tradisional selalu memiliki dwi fungsi, sebagai tempat tinggal keluarga yang masih hidup dan juga merangkap tempat ritual keluarga, menghormati leluhur yang telah meninggal. Dalam konsep kepercayaan rakyat; sebagian roh orang yang meninggal terlekat pada papan nama yang dihormati pada acara ritual keluarga ini. Sehingga menjadi hal yang mudah bila hunian dapat langsung diubah menjadi tempat ibadat, susunan ruang tetap sama serupa. Ruang leluhur untuk ritual sebagai ruang utama selalu terdapat pada tiap hunian tradisional.
Menurut catatan sejarah; pembangunan istana dan klenteng di Tiongkok dahulu juga serupa. Sebab adanya angapan seorang raja adalah putera langit yang dipercayai memiliki daya adikodrati, demikian juga tokoh yang dipuja didalam klenteng sebagai dewa memiliki kemampuan yang serupa. Maka bentuk hunian yang sama sebangun dapat memiliki 2 macam fungsi tersebut.
Sering terjadi bila seorang raja telah memiliki kediaman yang baru, maka istana yang lama berubah fungsi digunakan menjadi klenteng. Kadang juga terjadi rumah seorang hartawan atau pejabat tinggi yang diserahkan untuk digunakan sebagai klenteng. Tidak ada perbedaan mendasar pada denah dasar antara rumah hunian dan bangunan klenteng.
Suatu catatan mengenai klenteng berdenah si-he-yuan di pulau Jawa. Tembok-tembok penyekat ruang pada seluruh unit bangunan dihapus: pada kedua unit sisi xiang-fang 廂房, unit muka tao-zuo 倒座 dengan pintu da-men大门, dan unit bangunan dalam shang-fang 上房 tempat “ruang leluhur zheng-ting 正廳”. Tertinggal koridor yang menyatu dengan ruang luas tanpa sekat mengelililingi courtyard tengah zhong-ting中庭; ting-yuan 庭院.
Ruang shang-fang 上房 ditempati rupang tuan rumah dan pendampingnya.
Kesimpulan dan anjuran bagi konservasi.
Uraian di atas menjelaskan makna budaya dan pesan yang tersirat sangat luas dari satu bentuk khas denah bangunan tradisional Tionghoa, di Nusantara bentuk denah ini diantaranya dapat dijumpai pada beberapa bangunan klenteng tua.
Pada proses preservasi bangunan klenteng tua dengan denah si-he-yuan 四合院, mutlak harus dipertahankan bentuk denah asli tersebut. Syarat ini hanya salah satu dari banyak hal lain yang juga harus diperhatikan benar-benar untuk tercapainya konservasi ideal dan optimum bagi bangunan klenteng tua yang berupa artefak budaya bersejarah.
Pengertian mengenai makna yang tersirat dan nilai budaya dari objek heritage harus diketahui lebih dahulu oleh para pengelola. Barulah dilakukan tindakan perawatan yang hati-hati.
Ketidak tahuan bukan alasan pembenaran untuk melakukan perubahan sembarangan. Bila dalam keadaan tidak yakin, sebaiknya pemeliharaan hanya berbentuk perbaikan saja. Tidak berupa perubahan yang berakibat fatal bagi bangunan heritage tsb, yang hanya akan menghasilkan kehancuran dari nilai sejarah bangunan heritage budaya tsb.
Referensi :
Ezerman. 1918. Beschrijving van den Koan-Iem-tempel “Tiao Kak Sie “ te Cheribon. Bataviaasch Genootschap van kunsten en wetenschappen. Batavia.
Terjemahan oleh Dr. Iwan Satibi. Majalengka. tidak diterbitkan. 2003.
Chang, Simon Shieh-Haw. 1986. The spatial organization and socio-cultural basis of traditional courtyard houses. University of Edinburgh. U.K. Disertation.
Fu Xinian , et al, 2002. Chinese Architecture. Yale University Press. New Haven.
Institute of the history of Natural Sciences Chinese academy of sciences. Zhang Yuhuan. 1986. History and Development of Ancient Chinese Architecture.
Science Press. Beijing.
Knapp, Ronald G. 1990. The Chinese house. Craft, symbol and the folk tradition. Oxford University Press. Hong Kong.
Knapp, Ronald G. 2000.China’s Old Dwellings. University of Hawai’i Press.Honolulu.
Knapp, Ronald G. 2003. Asia’s Old Dwellings. Tradition, resilience and change.
Oxford University Press, Hong Kong.
Knapp, Ronald G. 2006. Chinese house. The architectural heritage of a nation. Tuttle.
Kohl, David G. 1984. Chinese architecture in the straits settlements and western Malaya.Temples, kongsies and houses. Heinemann Educational Asia. Hongkong.
Liang Ssu-ch’eng. 2005. Chinese Architecture. A pictorial history. Dover Publications. New York.
Lip, Evelyn. 1983. Chinese temple architecture in Singapore. Singapore University Press. Singapore.
Lip, Evelyn. 1986. Chinese temples and deities. Times Books International. Singapore.
Liu, Laurence. 1989. Chinese architecture. Academy Editions. London.
Liu Tun-Chen. 1957. General account of the Chinese House. Taipei. Ming Wen.
Needham , Joseph, 1971. Science and civilization in China. vol 4, part 3. Cambridge University Press, Cambridge.
Ronan, Colin A. 2006. The Shorter Science and Civilisation in China. Volume 5.
Cambridge University Press. Cambridge. UK.
Ruitenbeek, Klaas. 1996. Carpentry & Building in Late imperial China. A study of the 15th century carpenter’s manual Lu Ban Jing. E.J. Brill. Leiden.
Salmond, Lombard. 1985, 2003. Klenteng-klenteng masyarakat Tionghoa di Jakarta. Cipta Loka Caraka. Jakarta.
Salmon, Claudine & Lombard, Denys. 1977. The Chinese of Jakarta. Temples and communal life. Association Archipel. Paris.
Shan Deqi. 2003. Chinese Vernacular Dwelling. China Intercontinental Press. Beijing.
Zhou Bao et al. 1991. China Traditional Building. Zhong guo chuan tong jian zhu. (in Mandarin). Wan li shu dian, Zhong guo jian zhu gong ye chu ban shi. Hong Kong.
[1] Mahasiswa program pasca sarjana, jurusan Arsitektur pada Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
[2] Guru besar jurusan Arsitektur pada Universitas Brawijaya, Malang.
[3] Dosen jurusan Arsitektur pada Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
0.000000
0.000000